Minggu, 18 Juni 2017



Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya L ) Sebagai Antimalaria
Utilization of Papaya Leaf Extract (Carica papaya L) As Antimalaria
Rosita Irmah
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi berkat kel. Sungai besar, Banjarbaru, kalimantan selatan

ABSTRAK
Daun pepaya merupakan tanaman obat yang bermanfaat bagi masyarakat. Daun pepaya bermanfaat sebagai antimalaria. Pada daun pepaya terdapat kandungan alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida dan politenol. Senyawa yang berperan sebagai antimalaria pada daun pepaya adalah flavonol, vitamin C, vitamin E, alkaloid, karpain dan antraquinon.

ABSTRACT
Papaya leaf is a medicinal plant that is beneficial to the community. Papaya leaf is useful as antimalarial. In papaya leaves contain alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida and politenol. Compounds that act as antimalarial in papaya leaf are flavonol, vitamin c, vitamin e, alkaloid, karpain and antraquinon.

I.     Pendahuluan
1.1 Latar belakang
             Daun pepaya ( Carica papaya l ) merupakan salah satu tanaman obat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Daun pepaya ( Carica papaya l ) memiliki rasa yang pahit. Daun pepaya sering dijadikan sayur oleh sebagian masyarakat Indonesia. Tanaman pepaya bisa ditanam di pekarangan rumah, atau di kebun. Ciri-ciri daun pepaya adalah berwarna hijau, bentuk daun menjari, dan memiliki rasa yang pahit. Selain daunnya, buahnya juga sering dikonsumsi secara langsung ataupun dijadikan sayur.
               Malaria adalah salah satu penyakit penyebab kematian. Penyebab dari penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles betina. Malaria memiliki beberapa jenis yaitu malaria, malaria vivax, dan malaria quartana. Jenis plasmodium juga berbeda berdasarkan jenis malaria-nya. Plasmodium adalah  parasit yang dimasukkan kedalam tubuh manusia oleh nyamuk anopheles melalui gigitannya. Parasit ini kemudian berada di peredaran tubuh manusia. Jika terkena parasit ini maka akan timbul gejala demam, menggigil yang disertai nyeri.
               Malaria terjadi secara musiman di wilayah endemik Indonesia. Wilayah yang kotor, banyak tumpukan sampah dan genangan air sering menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang terinfeksi malaria yang disebabkan nyamuk Anopheles karena wilayah tempat tinggal yang kotor. Ada beberapa cara untuk untuk mencegah terinfeksi penyakit malaria. Pertama, yaitu dengan membersihkan area tempat tinggal, terutama genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Kedua, memakai pengaman seperti lotion, obat nyamuk, baju yang panjang, dan juga memakai kelambu. Adapun pengobatan penyakit malaria, bisa meminum obat malaria dan bisa diperiksakan ke dokter untuk ditindak lanjuti.
                Berdasarkan taksiran WHO, didapatkan 300-500 juta orang di dunia terinfeksi malaria setiap tahunnya, 110 juta orang menunjukan gejala, dan 2,7 juta diantaranya mengalami kematian. Pada tahun 2005 penderita malaria di Kabupaten Seram Bagian Barat mencapai 7.760 orang dan di Kecamatan Kairatu sebanyak 1.296 orang, dengan prevalensi 2,42% (Dinkes Seram Bagian Barat 2006). Hal ini mendorong peneliti ingin meneliti tanaman obat yang bermanfaat sebagai antimalaria. Senyawa yang terkandung dalam daun pepaya adalah alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida dan politenol. Penemuan obat obatan antimalaria diharapkan dapat menyediakan obat baru dengan mekanisme dan target obat yang potensial dan aman bagi manusia. Target obat potensial yang disarankan untuk dikembangkan berhubungan dengan hambatan pada struktur organel parasit, antaralain pemecahan sel protein host, transporter parasit, organel plasida, biosintesis isoprenoid, kontrol siklus sel, fungsi mitokondria, dan biosintesis membran (Ridley 2002; Biagini 2003). Ekstrak etil asetat daun pepaya memiliki aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL sehingga tidak ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air daun pepaya, hal ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat lipofilik ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak air daun pepaya (Rahayu,S. dkk, 2016).

1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah khasiat daun pepaya (Carica papaya l ) sebagai tanaman obat.
2.    Bagaimanakah cara kerja daun pepaya sebagai antimalaria
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui khasiat daun pepaya ( Carica papaya l ) sebagai tanaman obat
2.      Untuk mengetahui cara kerja daun pepaya sebagai antimalaria

BAB II
ISI
            Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah sekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Abad ke-16 tanaman ini menyebar ke berbagai benua dan negara, termasuk ke Benua Afrika dan Asia yang dibawa oleh pelayar-pelayar Portugis. Pepaya merupakan tanaman buah dari famili Caricaceae. Buah pepaya tergolong buah yang digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Daging buah pepaya berwarna merah atau kuning dan terasa lunak. Buah pepaya merupakan buah bermutu dan bergizi tinggi (Sastrahidayat 1991). Nama pepaya diambil dari bahasa Belanda, "papaja",  yang kemudian diambil dari bahasa arawak  "papaya". Dalam bahasa Jawa  pepaya disebut "kates" dan dalam bahasa Sunda disebut "gedang". Pepaya termasuk tanaman yang disukai, karena daging buahnya yang manis dan enak. Pepaya muda juga  dimasak  sebagai sayur oleh sebagian masyakat. Selain daging buahnya, air rebusan daun pepaya juga dikonsumsi oleh masyakat Indonesia sebagai obat. Tetapi ada juga yang tidak menyukainya karena rasa pahit dari daunnya. Pepaya memiliki banyak jenis diantaranya  pepaya semangka,  pepaya ini memiliki daging buah berwarna merah seperti semangka, dan  rasa yang manis. Pepaya burung, pepaya ini memiliki daging buah yang berwarna kuning, harum baunya dan rasa yang manis-asam. Pepaya jenis lainnya seperti pepaya thailand, pepaya california, pepaya orange lady,  pepaya hawai,  pepaya red lady juga terkenal di Indonesia.
            Pepaya (Carica papaya l) adalah  buah yang memiliki gizi tinggi, serta  banyak mengandung vitamin A dan vitamin E. Buah pepaya (Carica papaya l) juga mengandung senyawa papain dan betakaroten. Daun pepaya dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional, dengan dibuat ekstrak, jus atau di rebus. Ekstrak daun pepaya terkenal oleh sifatnya sebagai tanaman obat dan dapat menyembuhkan banyak penyakit, seperti demam berdarah, malaria dan beberapa jenis kanker . Adapun  Cara Membuat jus atau ekstrak daun pepaya adalah dengan mengambil beberapa lembar daun pepaya, cuci daunnya hingga bersih dan dikeringkan sampai layu. Potong daun menjadi beberapa bagian dan rendam dengan air didalam panci. Rebus air dan daun pepaya sapai mendidih tanpa ditutup sampai air rebusan berkurang setengah, saring cairan, dan simpan ke dalam wadah. Dinginkan dan disimpan selama 3 sampai 4 hari. Namun jus daun pepaya segar masih lebih baik, atau bisa juga jus dibuat dengan cara menghancurkan daun pepaya dengan diblender dengan air matang.  Kemudian saring untuk menghilangkan ampas daunnya.  Jika untuk diminum, jus daun pepaya ini bisa dikombinasikan dengan jus buah atau gula, karena jus daun pepaya ini cukup pahit rasanya. Jus daun Pepaya adalah obat tradisional yang dapat menyembuhkan malaria.
            Daun pepaya merupakan  daun tunggal, berukuran besar, juga mempunyai bagian bagian daun yang lengkap ( falicum completuma) berupa pelepah atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun pepaya merupakan daun bangun bulat (orbicularis), ujung daun meruncing, dan berongga. Dilihat dari susunan tulang daunnya , daun pepaya termasuk daun bertulang menjari ( palminervis).  Pepaya mempunyai batang yang berbentuk bulat, pada permukaan batang tanaman ini terdapat berkas-berkas daun. Arah tumbuh batang pepaya tegak lurus, dan permukaan batangnya licin, berongga, tetapi biasanya tidak bercabang, dan tingginya dapat mencapai 10 m. Dilihat dari  jenis akarnya, akar pepaya termasuk akar serabut (Radix advencita), karena akar-akar ini bukan berasal dari calon akar yang asli atau yang disebut dengan akar liar, dan bentuknya seperti serabut (Harimukti, 2013).
            Pohon biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya, tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Muhlisah, 2001).
            Kedudukan tanaman pepaya dalam taksonomi adalah :
a.    Divisio         : Spermatophyta
b.    Sub devisio  : Angiospermae
c.    Klassis         : Dicotyledonae
d.   Ordo            : Cistales
e.    Familia        : Caricacecae
f.     Genus          : Carica
g.    Species        : Carica papaya L. (Van Steenis, 2002)
            Daun pepaya mempunyai banyak khasiat diantaranya anti malaria. Ekstrak daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit malaria. Daun pepaya mengandung senyawa alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida, dan politenol. Daun pepaya juga memiliki kadar protein tinggi, lemak, vitamin, kalsium dan zat besi yang bermanfaaat sebagai pembentukan hemoglobin (Tietze,1997). Ekstrak daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan  plasmodium karena mengandung senyawa alkaloid carpain, saponin,dan flavonoid.
            Akar papaya berguna untuk obat cacing, peluruh air seni, penguat lambung, perangsang kulit. Biji pepaya berguna untuk obat cacing, peluruh haid. Buah papaya berguna memacu enzim pencernaan, serta daunnya berguna sebagai penambah nafsu makan, peluruh haid (Anonim, 1985). Buah pepaya juga berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas (Santoso, 1998). Buah pepaya matang dikonsumsi dalam keadaan segar atau sebagai pencuci mulut (Muhlisah, 2001). Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Juga berguna untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu 6 dapat sebagai obat cacing kremi, desentri amoba, kaki gajah (elephantois), kejengkolan, perut mulas, kanker dan masuk angin (Wijayakusuma, dkk., 1994)
Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Buah mengandung beta karoten, pektin, 5 d-galaktosa, I-arabinosa, papain, kemopapain, lisosim, lipase, glutamine, siklotransferase (Muhlisah, 2001). Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin (Hutapea, 2000). Polifenol dan flavonoid merupakan golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik. Senyawa flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa flavon golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan C6 – C3 – C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik 3 karbon, senyawa ini merupakan senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol 70 % (Harborne, 1987). Senyawa-senyawa tersebut yang berperan sebagai antioksidan pada tanaman pepaya ( Carica papaya l ). Senyawa yang berperan sebagai antimalaria adalah Flavonol, vitamin C, dan vitamin E, antraquinon, alkaloid seperti karpain pada daun
Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder yang banyak terdapat
pada tanaman angiospermae. Tidak ada definisi yang tepat tentang alkaloid, tetapi
pada umumnya alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari
sintem siklik, bersifat fisiologis aktif. (Claus dkk, 1970). Alkaloid yang terdapat di dalam daun papaya adalah alkaloid karpain. Alkaloid karpain termasuk dalam golongan alkaloid piridina dan termasuk dalam kelompok alkaloid sejati. Untuk identifikasi alkaloid dapat  dilakukan dengan cara reaksi pengendapan dan reaksi warna. Untuk reaksi pengendapan, larutan untuk pengendapan alkaloid dibagi menjadi 4 golongan yaitu: Golongan I, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk garam yang tidak  larut : asam siliko wolframat LP, asam fosfo molibdat LP, dan asam fosfo wolframat LP. Golongan II, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bouchardat LP, Wagner LP. Golongan III, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa adisi yang tidak larut : Mayer LP, Dragendroff LP dan Marme LP. Golongan IV, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk ikatan asam organik, Harger LP. Sampel dikatakan mengandung alkaloid. jika reaksi positif yang membentuk endapan sekurang-kurangnya dua reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang dilakukan. Sebagian besar alkaloid tidak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air. Alkaloid bebas
biasanya larut dalam eter atau kloroform maupun pelarut nonpolar lainnya kebanyakan berbentuk kristal, meskipun ada beberapa yang amorf dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Garam alkaloid berbentuk kristal. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan memiliki rasa pahit. Karpain adalah alkaloid yang terdapat dalam daun papaya. Rumus struktur dari karpain adalah C28H50N2O4 terdiri dari dua substituen.
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol. Sebagai glikosida, saponin
jika dihidrolisis oleh asam menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin dan macam-macam gula serta asam uronat yang berkaitan. Berdasarkan struktur aglikon/sapogenin. Saponin dibedakan menjadi saponin tipe steroid dan tipe triterpenoid (Claus, 1970; Lewis, 1977). Saponin atau glikosida sapogenin merupakan salah satu tipe dari glikosida yang tersebar luas dalam tanaman tingkat tinggi. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Sapogenin mengkin dapat berupa steroid atau triterpen dan gulanya dapat berupa glukosa, galaktosa, pentosa atau metil pentosa. Semua saponin akan berbusa bila dikocok dengan air, membentuk emulsi minyak dalam air dan digunakan sebagai koloid pelindung. Meskipun hampir tidak toksik bagi manusia, tetapi saponin memiliki kemampuan untuk menghemolisa darah jika diinjeksikan ke dalam pembuluh darah. Saponin mempunyai rasa yang pahit, biasanya menyebabkan bersin atau mengiritasi selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin seperti ikan. Saponin digunakan juga sebagai deterjen, selain itu meningkatkan absorbs 11 diuretika serta merangsang kerja ginjal. Dalam pengobatan rakyat digunakan untuk mengobati rematik (Lewis,1977). Uji saponin yang sederhana adalah dengan mengkocok ekstrak alkohol air dari tanaman dalam tabung reaksi dan apakah terbentuk busa  yang tahan lama pada permukaan cairan, paling tidak busa bertahan selama 30 menit. Identifikasi dapat dilakukan berdasarkan kemampuan saponin menghemolisis sel darah merah. Tetapi biasanya lebih baik bila uji sederhana itu dipastikan dengan cara
kromatografi lapis tipis (Harborne,1987).
Papain adalah suatu enzim pemecah protein yang diperoleh dari getah buah
papaya. Enzim adalah molekul kompleks yang diproduksi di dalam organisme hidup untuk mengkatalisis reaksi kimia di dalam sel. Getah dari tanaman papaya dan buahnya yang berwarna hijau mengandung dua macam enzim proteolitik, yaitu papain dan kemopapain. Jumlah kemopapain lebih berlimpah akan tetapi aktivitas papain dua kali lebih kuat. Papain diaktifkan oleh cysteine, sulfida, sulfit, dan lain sebagainya, dan ditingkatkan stabilitasnya dengan penambahan agen pengikat logam seperti EDTA. Aktivitas papain paling optimim pada pH 6,0-7,0. Papain dalam penggunaan sehari-hari sebagai pelunak daging, penggunaan lain dari papain adalah larutan pembersih lensa kontak (Robbers, 1996).
Pada hidrolisis glikosida antrakuinon menghasilkan aglikon yang merupakan antrakuinon, berupa di, tri, atau tetra hidroksi antrakuinon, dan modifikasi dari senyawa ini meliputi turunan reduksinya, yaitu oksantron, antranol dan antron dan senyawa diantron yang merupakan gabungan dua molekul antron.Turunan antrakuinon seringkali berwarna merah orange, umumnya larut dalam air panas atau alkohol encer. Senyawa induk dari antron berwarna kuning pucat, tidak berfluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sementara bentuk
isomernya antranol berwarna kuning kecoklatan dan dalam alkali membentuk larutan yang berfuoresensi kuat (Robinson, 1995)
            Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles sp. Malaria terjadi secara musiman di wialayah endemik Indonesia. Wilayah yang kotor, banyak tumpukan sampah dan genangan air sering menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria 14,15 Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.
            Malaria adalah penyakit yang terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air. Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles  betina. Di dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya.
Jenis Jenis Plasmodium antara lain :
a.  Plasmodium falciparum
     Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
b.  Plasmodium vivax
     Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak). Plasmodium malariae, menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
c.  Plasmodium ovale
     Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale. Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya. 17 Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk Plamodium vivax dan Plasmodium ovale, dan 7-30 hari untuk Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain Plamodium vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak sekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi 6. Plasmodium falciparum, salahsatu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkandengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Saat ini, Plasmodium falciparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
            Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain, badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat, nafsu makan menurun mual-mual kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu: Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium kedinginan, stadium panas, dan stadium berkeringat Splenomegali (pembengkakan limpa). Anemi yang disertai malaise. Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
a.    Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b.    Stadium demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada Plamodium vivax dan Plasmodium ovaleskizon-skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.Pada Plasmodium malaria fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria Plasmodium vivax atau Plasmodium ovale,hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c.    Stadium berkeringat Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala - gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kolera atau disentri. Black water feveryang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat. Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum, P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P. Malariae). CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik parasit malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap populasi manusia. P. falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara dengan jumlah penderita yang lebih banyak, demikian juga yang meninggal dibandingkan dengan daerah-daerah tempat parasit yang lain lebih menonjol. P. vivax dan P. Ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan menginvasi darah. P. Falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan ketahanannya terhadap obat antimalaria.
            Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik. Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite In.
            Aktivitas antimalarial dari tanaman pepaya berhubungan dengan aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Aktivitas antioksidan memperbaiki gejala yang timbul pada malaria. Plasmodium penyebab malaria menyebabkan teruraikannya hemoglobin sehingga menghasilkan spesi oksigen reaktif yang menyebabkan apoptosis dan anemia. Ekstrak etil asetat daun pepaya terbukti memiliki aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL sedangkan tidak ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air daun pepaya, hal ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat lipofilik ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak air daun pepaya. Pada
fraksi etil asetat daun pepaya diperoleh senyawa asam linoleat dan asam linolenat yang memiliki IC50 6.88 μg/ml and 3.58 μg/ml secara berturut-turut.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
          Daun pepaya ( Carica papaya l ) berkhasiat sebagai antimalaria. Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Aktivitas antimalarial dari tanaman pepaya berhubungan dengan aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Aktivitas antioksidan memperbaiki gejala yang timbul pada malaria. Ekstrak etil asetat daun pepaya memiliki aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL sehingga tidak ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air daun pepaya, hal ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat lipofilik ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak air daun pepaya.
3.2 Saran
 Sebaiknya, dilakukan penelitian dan pengujian lebih mendalam mengenai kandungan yang dapat di manfaatkan sebagai tamaman obat pada daun pepaya ( Carica papaya l ), karena daun pepaya mengandung banyak manfaat serta dapat dibuat sediaan obat yang terjamin kualitas dan keamanannya.
  
 Daftar Pustaka

Dharmarathana Sinhalagoda L.C.A., Susiji Wickramasinghe, Rositha Nilmi Waduge, Rajapakse Peramune V.J.R, Senayake Abeysinghe M.K. (2013). Does Carica papaya Leaf Extract Increase the Platelet Count, An Experimental Study in a Murine Model. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine 3 (9): 720-724
Dinkes Seram Bagian Barat. 2006. Laporan Kegiatan IRS dan MFS/MBS, Piru, Fidock DA, Rosenthal PJ, Croft SL, Brun R, Nwaka S. 2004. Antimalarial Drug Discovery: Rfficacy Models for Compound Screening, Review, Nature 3 Juni.
Gembong, T. 2016. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Melariri Paula, William Campbell, Paschal Etusim, Peter Smith. 2011. Antiplasmodial Properties and Bioassay-Guided Fractionation of Ethyl Acetate Extracts from Carica papaya Leaves. Journal Parasitology Research Volume 2011, Article ID 104954
Ridley RG. 2002. Medicinal Needs, Scientific Opportinity and The Drive for Antimalria Drugs. J. Nature 417: 686-693.
Tietze, HW. 1997. Tempi Pepaya, buah Terapi Makanan yang Aman dan Murah. Jakarta: Prestasi PustakaRaya

.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar