Pemanfaatan
Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya L ) Sebagai Antimalaria
Utilization of Papaya Leaf Extract (Carica
papaya L) As Antimalaria
Rosita Irmah
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi berkat kel.
Sungai besar, Banjarbaru, kalimantan selatan
ABSTRAK
Daun pepaya merupakan tanaman
obat yang bermanfaat bagi masyarakat. Daun pepaya bermanfaat sebagai
antimalaria. Pada daun pepaya terdapat kandungan alkaloid,
karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida dan
politenol. Senyawa yang berperan sebagai antimalaria pada daun pepaya adalah
flavonol, vitamin C, vitamin E, alkaloid, karpain dan antraquinon.
ABSTRACT
Papaya leaf is a medicinal plant that is beneficial to the community. Papaya leaf is useful as antimalarial. In papaya leaves contain alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida and politenol. Compounds that act as antimalarial in papaya leaf are flavonol, vitamin c, vitamin e, alkaloid, karpain and antraquinon.
Papaya leaf is a medicinal plant that is beneficial to the community. Papaya leaf is useful as antimalarial. In papaya leaves contain alkaloid, karpain, caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida and politenol. Compounds that act as antimalarial in papaya leaf are flavonol, vitamin c, vitamin e, alkaloid, karpain and antraquinon.
I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Daun pepaya ( Carica papaya l ) merupakan
salah satu tanaman obat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Daun pepaya
( Carica papaya l ) memiliki rasa yang pahit. Daun pepaya sering dijadikan
sayur oleh sebagian masyarakat Indonesia. Tanaman pepaya bisa ditanam di
pekarangan rumah, atau di kebun. Ciri-ciri daun pepaya adalah berwarna hijau,
bentuk daun menjari, dan memiliki rasa yang pahit. Selain daunnya, buahnya juga
sering dikonsumsi secara langsung ataupun dijadikan sayur.
Malaria adalah salah satu penyakit
penyebab kematian. Penyebab dari penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles
betina. Malaria memiliki beberapa jenis yaitu malaria, malaria vivax, dan
malaria quartana. Jenis plasmodium juga berbeda berdasarkan jenis malaria-nya.
Plasmodium adalah parasit yang dimasukkan
kedalam tubuh manusia oleh nyamuk anopheles melalui gigitannya. Parasit ini
kemudian berada di peredaran tubuh manusia. Jika terkena parasit ini maka akan
timbul gejala demam, menggigil yang disertai nyeri.
Malaria terjadi secara musiman di wilayah endemik Indonesia. Wilayah
yang kotor, banyak tumpukan sampah dan genangan air sering menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk Anopheles. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang
terinfeksi malaria yang disebabkan nyamuk Anopheles karena wilayah tempat
tinggal yang kotor. Ada beberapa cara untuk untuk mencegah terinfeksi penyakit
malaria. Pertama, yaitu dengan membersihkan area tempat tinggal, terutama
genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Kedua, memakai
pengaman seperti lotion, obat nyamuk, baju yang panjang, dan juga memakai kelambu.
Adapun pengobatan penyakit malaria, bisa meminum obat malaria dan bisa diperiksakan
ke dokter untuk ditindak lanjuti.
Berdasarkan
taksiran WHO, didapatkan 300-500 juta orang di dunia terinfeksi malaria setiap
tahunnya, 110 juta orang menunjukan gejala, dan 2,7 juta diantaranya mengalami
kematian. Pada tahun 2005 penderita malaria di Kabupaten Seram Bagian Barat
mencapai 7.760 orang dan di Kecamatan Kairatu sebanyak 1.296 orang, dengan
prevalensi 2,42% (Dinkes Seram Bagian Barat 2006). Hal ini mendorong
peneliti ingin meneliti tanaman obat yang bermanfaat sebagai antimalaria.
Senyawa yang terkandung dalam daun pepaya adalah alkaloid, karpain,
caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida dan politenol.
Penemuan obat obatan antimalaria diharapkan dapat menyediakan obat baru dengan
mekanisme dan target obat yang potensial dan aman bagi manusia. Target obat potensial
yang disarankan untuk dikembangkan berhubungan dengan hambatan pada struktur
organel parasit, antaralain pemecahan sel protein host, transporter parasit,
organel plasida, biosintesis isoprenoid, kontrol siklus sel, fungsi
mitokondria, dan biosintesis membran (Ridley 2002;
Biagini 2003). Ekstrak etil asetat daun pepaya memiliki
aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL sehingga tidak
ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air daun pepaya, hal
ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat lipofilik
ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak air daun
pepaya (Rahayu,S. dkk, 2016).
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah khasiat daun pepaya (Carica
papaya l ) sebagai tanaman obat.
2.
Bagaimanakah cara kerja daun pepaya
sebagai antimalaria
1.3
Tujuan penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui khasiat daun pepaya ( Carica
papaya l ) sebagai tanaman obat
2.
Untuk mengetahui cara kerja daun pepaya
sebagai antimalaria
BAB
II
ISI
Pepaya
(Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika
tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah sekitar Meksiko
bagian selatan dan Nikaragua. Abad ke-16 tanaman ini menyebar ke berbagai
benua dan negara, termasuk ke Benua Afrika dan Asia yang dibawa oleh pelayar-pelayar
Portugis. Pepaya merupakan tanaman buah dari famili Caricaceae. Buah
pepaya tergolong buah yang digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Daging buah pepaya berwarna merah atau kuning dan terasa lunak. Buah
pepaya merupakan buah bermutu dan bergizi tinggi (Sastrahidayat 1991). Nama
pepaya diambil dari bahasa
Belanda, "papaja", yang
kemudian diambil dari bahasa arawak "papaya". Dalam bahasa
Jawa pepaya disebut "kates"
dan dalam bahasa Sunda disebut "gedang". Pepaya
termasuk tanaman yang disukai, karena daging buahnya yang manis dan enak.
Pepaya muda juga dimasak sebagai sayur oleh sebagian masyakat. Selain
daging buahnya, air rebusan daun pepaya juga dikonsumsi oleh masyakat Indonesia
sebagai obat. Tetapi ada juga yang tidak menyukainya karena rasa pahit dari
daunnya. Pepaya memiliki banyak jenis diantaranya pepaya semangka, pepaya ini memiliki daging buah berwarna
merah seperti semangka, dan rasa yang
manis. Pepaya burung, pepaya ini
memiliki daging buah yang
berwarna kuning, harum baunya dan rasa yang manis-asam. Pepaya jenis lainnya seperti pepaya thailand, pepaya
california, pepaya orange lady, pepaya hawai, pepaya red lady juga
terkenal di Indonesia.
Pepaya (Carica papaya l) adalah buah yang memiliki gizi tinggi, serta banyak mengandung vitamin A dan vitamin E. Buah
pepaya (Carica papaya l) juga mengandung senyawa papain dan betakaroten. Daun
pepaya dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional, dengan
dibuat ekstrak, jus atau di rebus. Ekstrak daun pepaya terkenal oleh sifatnya
sebagai tanaman obat dan dapat menyembuhkan banyak penyakit, seperti demam
berdarah, malaria dan beberapa jenis kanker . Adapun Cara Membuat jus atau ekstrak daun pepaya
adalah dengan mengambil beberapa lembar daun pepaya, cuci daunnya hingga bersih
dan dikeringkan sampai layu. Potong daun menjadi beberapa bagian dan rendam
dengan air didalam panci. Rebus air dan daun pepaya sapai mendidih tanpa
ditutup sampai air rebusan berkurang setengah, saring cairan, dan simpan ke
dalam wadah. Dinginkan dan disimpan selama 3 sampai 4 hari. Namun jus daun
pepaya segar masih lebih baik, atau bisa juga jus dibuat dengan cara
menghancurkan daun pepaya dengan diblender dengan air matang. Kemudian saring untuk menghilangkan ampas
daunnya. Jika untuk diminum, jus daun
pepaya ini bisa dikombinasikan dengan jus buah atau gula, karena jus daun
pepaya ini cukup pahit rasanya. Jus daun Pepaya adalah obat tradisional yang
dapat menyembuhkan malaria.
Daun pepaya
merupakan daun tunggal, berukuran besar,
juga mempunyai bagian bagian daun yang lengkap ( falicum completuma) berupa
pelepah atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun
(lamina). Daun pepaya merupakan daun bangun bulat (orbicularis), ujung daun
meruncing, dan berongga. Dilihat dari susunan tulang daunnya , daun pepaya
termasuk daun bertulang menjari ( palminervis). Pepaya mempunyai batang yang berbentuk bulat, pada
permukaan batang tanaman ini terdapat berkas-berkas daun. Arah tumbuh batang pepaya
tegak lurus, dan permukaan batangnya licin, berongga, tetapi biasanya tidak
bercabang, dan tingginya dapat mencapai 10 m. Dilihat dari jenis akarnya, akar pepaya termasuk akar
serabut (Radix advencita), karena akar-akar ini bukan berasal dari calon akar
yang asli atau yang disebut dengan akar liar, dan bentuknya seperti serabut
(Harimukti, 2013).
Pohon
biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas
tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari.
Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah
tua kekuningan / jingga, berongga
besar
di tengahnya, tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Muhlisah,
2001).
Kedudukan
tanaman pepaya dalam taksonomi adalah :
a. Divisio : Spermatophyta
b. Sub devisio : Angiospermae
c. Klassis : Dicotyledonae
d. Ordo : Cistales
e. Familia : Caricacecae
f. Genus : Carica
g. Species :
Carica papaya L. (Van Steenis, 2002)
Daun pepaya mempunyai banyak khasiat
diantaranya anti malaria. Ekstrak daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk
penyembuhan penyakit malaria. Daun pepaya mengandung senyawa alkaloid, karpain,
caricaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida, dan politenol. Daun
pepaya juga memiliki kadar protein tinggi, lemak, vitamin, kalsium dan zat besi
yang bermanfaaat sebagai pembentukan hemoglobin (Tietze,1997). Ekstrak daun
pepaya mampu menghambat pertumbuhan
plasmodium karena mengandung senyawa alkaloid carpain, saponin,dan
flavonoid.
Akar
papaya berguna untuk obat cacing, peluruh air seni, penguat lambung, perangsang kulit.
Biji pepaya berguna untuk obat cacing, peluruh haid. Buah papaya berguna memacu
enzim pencernaan, serta daunnya berguna sebagai penambah nafsu makan, peluruh haid (Anonim,
1985). Buah
pepaya juga berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas (Santoso,
1998). Buah pepaya matang dikonsumsi dalam
keadaan
segar atau sebagai pencuci mulut (Muhlisah, 2001). Daun pepaya berguna untuk
obat panas yang memiliki khasiat
menurunkan
panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Juga
berguna untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu 6 dapat sebagai obat cacing
kremi, desentri amoba, kaki gajah (elephantois), kejengkolan, perut mulas, kanker dan masuk
angin (Wijayakusuma, dkk., 1994)
Daun pepaya mengandung enzim papain,
alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Buah
mengandung beta karoten, pektin, 5 d-galaktosa, I-arabinosa, papain,
kemopapain, lisosim, lipase, glutamine, siklotransferase (Muhlisah, 2001).
Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya mengandung alkaloid, saponin
dan flavonoid, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan
bijinya mengandung saponin (Hutapea, 2000). Polifenol dan flavonoid merupakan
golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik. Senyawa
flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa flavon golongan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan C6 – C3 – C6 (cincin benzen
tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik 3 karbon, senyawa ini merupakan
senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol
70 % (Harborne, 1987). Senyawa-senyawa tersebut yang berperan sebagai
antioksidan pada tanaman pepaya ( Carica papaya l ).
Senyawa yang berperan sebagai antimalaria adalah Flavonol, vitamin C, dan
vitamin E, antraquinon, alkaloid seperti karpain pada daun
Alkaloid merupakan
golongan metabolit sekunder yang banyak terdapat
pada tanaman angiospermae. Tidak ada definisi yang tepat tentang alkaloid, tetapi
pada umumnya alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari
sintem siklik, bersifat fisiologis aktif. (Claus dkk, 1970). Alkaloid yang terdapat di dalam daun papaya adalah alkaloid karpain. Alkaloid karpain termasuk dalam golongan alkaloid piridina dan termasuk dalam kelompok alkaloid sejati. Untuk identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan cara reaksi pengendapan dan reaksi warna. Untuk reaksi pengendapan, larutan untuk pengendapan alkaloid dibagi menjadi 4 golongan yaitu: Golongan I, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk garam yang tidak larut : asam siliko wolframat LP, asam fosfo molibdat LP, dan asam fosfo wolframat LP. Golongan II, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bouchardat LP, Wagner LP. Golongan III, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa adisi yang tidak larut : Mayer LP, Dragendroff LP dan Marme LP. Golongan IV, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk ikatan asam organik, Harger LP. Sampel dikatakan mengandung alkaloid. jika reaksi positif yang membentuk endapan sekurang-kurangnya dua reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang dilakukan. Sebagian besar alkaloid tidak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air. Alkaloid bebas
biasanya larut dalam eter atau kloroform maupun pelarut nonpolar lainnya kebanyakan berbentuk kristal, meskipun ada beberapa yang amorf dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Garam alkaloid berbentuk kristal. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan memiliki rasa pahit. Karpain adalah alkaloid yang terdapat dalam daun papaya. Rumus struktur dari karpain adalah C28H50N2O4 terdiri dari dua substituen.
pada tanaman angiospermae. Tidak ada definisi yang tepat tentang alkaloid, tetapi
pada umumnya alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari
sintem siklik, bersifat fisiologis aktif. (Claus dkk, 1970). Alkaloid yang terdapat di dalam daun papaya adalah alkaloid karpain. Alkaloid karpain termasuk dalam golongan alkaloid piridina dan termasuk dalam kelompok alkaloid sejati. Untuk identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan cara reaksi pengendapan dan reaksi warna. Untuk reaksi pengendapan, larutan untuk pengendapan alkaloid dibagi menjadi 4 golongan yaitu: Golongan I, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk garam yang tidak larut : asam siliko wolframat LP, asam fosfo molibdat LP, dan asam fosfo wolframat LP. Golongan II, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bouchardat LP, Wagner LP. Golongan III, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa adisi yang tidak larut : Mayer LP, Dragendroff LP dan Marme LP. Golongan IV, larutan percobaan yang dengan alkaloid tertentu membentuk ikatan asam organik, Harger LP. Sampel dikatakan mengandung alkaloid. jika reaksi positif yang membentuk endapan sekurang-kurangnya dua reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang dilakukan. Sebagian besar alkaloid tidak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air. Alkaloid bebas
biasanya larut dalam eter atau kloroform maupun pelarut nonpolar lainnya kebanyakan berbentuk kristal, meskipun ada beberapa yang amorf dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Garam alkaloid berbentuk kristal. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan memiliki rasa pahit. Karpain adalah alkaloid yang terdapat dalam daun papaya. Rumus struktur dari karpain adalah C28H50N2O4 terdiri dari dua substituen.
Saponin adalah
glikosida triterpena dan sterol. Sebagai glikosida, saponin
jika dihidrolisis oleh asam menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin dan macam-macam gula serta asam uronat yang berkaitan. Berdasarkan struktur aglikon/sapogenin. Saponin dibedakan menjadi saponin tipe steroid dan tipe triterpenoid (Claus, 1970; Lewis, 1977). Saponin atau glikosida sapogenin merupakan salah satu tipe dari glikosida yang tersebar luas dalam tanaman tingkat tinggi. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Sapogenin mengkin dapat berupa steroid atau triterpen dan gulanya dapat berupa glukosa, galaktosa, pentosa atau metil pentosa. Semua saponin akan berbusa bila dikocok dengan air, membentuk emulsi minyak dalam air dan digunakan sebagai koloid pelindung. Meskipun hampir tidak toksik bagi manusia, tetapi saponin memiliki kemampuan untuk menghemolisa darah jika diinjeksikan ke dalam pembuluh darah. Saponin mempunyai rasa yang pahit, biasanya menyebabkan bersin atau mengiritasi selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin seperti ikan. Saponin digunakan juga sebagai deterjen, selain itu meningkatkan absorbs 11 diuretika serta merangsang kerja ginjal. Dalam pengobatan rakyat digunakan untuk mengobati rematik (Lewis,1977). Uji saponin yang sederhana adalah dengan mengkocok ekstrak alkohol air dari tanaman dalam tabung reaksi dan apakah terbentuk busa yang tahan lama pada permukaan cairan, paling tidak busa bertahan selama 30 menit. Identifikasi dapat dilakukan berdasarkan kemampuan saponin menghemolisis sel darah merah. Tetapi biasanya lebih baik bila uji sederhana itu dipastikan dengan cara
kromatografi lapis tipis (Harborne,1987).
jika dihidrolisis oleh asam menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin dan macam-macam gula serta asam uronat yang berkaitan. Berdasarkan struktur aglikon/sapogenin. Saponin dibedakan menjadi saponin tipe steroid dan tipe triterpenoid (Claus, 1970; Lewis, 1977). Saponin atau glikosida sapogenin merupakan salah satu tipe dari glikosida yang tersebar luas dalam tanaman tingkat tinggi. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Sapogenin mengkin dapat berupa steroid atau triterpen dan gulanya dapat berupa glukosa, galaktosa, pentosa atau metil pentosa. Semua saponin akan berbusa bila dikocok dengan air, membentuk emulsi minyak dalam air dan digunakan sebagai koloid pelindung. Meskipun hampir tidak toksik bagi manusia, tetapi saponin memiliki kemampuan untuk menghemolisa darah jika diinjeksikan ke dalam pembuluh darah. Saponin mempunyai rasa yang pahit, biasanya menyebabkan bersin atau mengiritasi selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin seperti ikan. Saponin digunakan juga sebagai deterjen, selain itu meningkatkan absorbs 11 diuretika serta merangsang kerja ginjal. Dalam pengobatan rakyat digunakan untuk mengobati rematik (Lewis,1977). Uji saponin yang sederhana adalah dengan mengkocok ekstrak alkohol air dari tanaman dalam tabung reaksi dan apakah terbentuk busa yang tahan lama pada permukaan cairan, paling tidak busa bertahan selama 30 menit. Identifikasi dapat dilakukan berdasarkan kemampuan saponin menghemolisis sel darah merah. Tetapi biasanya lebih baik bila uji sederhana itu dipastikan dengan cara
kromatografi lapis tipis (Harborne,1987).
Papain adalah suatu
enzim pemecah protein yang diperoleh dari getah buah
papaya. Enzim adalah molekul kompleks yang diproduksi di dalam organisme hidup untuk mengkatalisis reaksi kimia di dalam sel. Getah dari tanaman papaya dan buahnya yang berwarna hijau mengandung dua macam enzim proteolitik, yaitu papain dan kemopapain. Jumlah kemopapain lebih berlimpah akan tetapi aktivitas papain dua kali lebih kuat. Papain diaktifkan oleh cysteine, sulfida, sulfit, dan lain sebagainya, dan ditingkatkan stabilitasnya dengan penambahan agen pengikat logam seperti EDTA. Aktivitas papain paling optimim pada pH 6,0-7,0. Papain dalam penggunaan sehari-hari sebagai pelunak daging, penggunaan lain dari papain adalah larutan pembersih lensa kontak (Robbers, 1996).
papaya. Enzim adalah molekul kompleks yang diproduksi di dalam organisme hidup untuk mengkatalisis reaksi kimia di dalam sel. Getah dari tanaman papaya dan buahnya yang berwarna hijau mengandung dua macam enzim proteolitik, yaitu papain dan kemopapain. Jumlah kemopapain lebih berlimpah akan tetapi aktivitas papain dua kali lebih kuat. Papain diaktifkan oleh cysteine, sulfida, sulfit, dan lain sebagainya, dan ditingkatkan stabilitasnya dengan penambahan agen pengikat logam seperti EDTA. Aktivitas papain paling optimim pada pH 6,0-7,0. Papain dalam penggunaan sehari-hari sebagai pelunak daging, penggunaan lain dari papain adalah larutan pembersih lensa kontak (Robbers, 1996).
Pada hidrolisis
glikosida antrakuinon menghasilkan aglikon yang merupakan
antrakuinon, berupa di, tri, atau tetra hidroksi antrakuinon, dan modifikasi
dari senyawa ini meliputi turunan reduksinya, yaitu oksantron, antranol
dan antron dan senyawa diantron yang merupakan gabungan dua molekul antron.Turunan
antrakuinon seringkali berwarna merah orange, umumnya larut dalam
air panas atau alkohol encer. Senyawa induk dari antron berwarna kuning pucat,
tidak berfluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sementara bentuk
isomernya antranol berwarna kuning kecoklatan dan dalam alkali membentuk larutan yang berfuoresensi kuat (Robinson, 1995)
isomernya antranol berwarna kuning kecoklatan dan dalam alkali membentuk larutan yang berfuoresensi kuat (Robinson, 1995)
Penyakit malaria adalah penyakit
yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan
protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles sp. Malaria
terjadi secara musiman di wialayah endemik Indonesia. Wilayah yang kotor,
banyak tumpukan sampah dan genangan air sering menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk Anopheles. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah
diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara
luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama
berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753,
tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880.
Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru
sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium
di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan
kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk
adalah vektor penular malaria 14,15 Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan
Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua
parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium
malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama
parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922
John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu
Plasmodium ovale Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai
negara, terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara,
malaria bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi
masalah sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan
keterbelakangan.
Malaria adalah penyakit yang terjadi
secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air. Penyakit
malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Di dunia terdapat sekitar 2000 spesies
nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di
Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies diantaranya
telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing spesies
berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan
tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan
kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau
(Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles aconitus)
atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus). Nyamuk
Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di
daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat
perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi
tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles
betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh.
Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya.
Jenis Jenis
Plasmodium antara lain :
a. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau
malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai
malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
b. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut
juga malaria tertiana benigna (jinak). Plasmodium malariae, menyebabkan malaria
kuartana atau malaria malariae.
c. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya
banyak di Afrika dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale. Seorang
penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua
jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium
vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit
sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya
terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya. 17 Masa inkubasi malaria
atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari
untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk Plamodium vivax dan Plasmodium ovale, dan
7-30 hari untuk Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara
8-10 bulan terutama pada beberapa strain Plamodium vivax di daerah tropis. Pada
infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit
yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan
yang tidak sekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat
menyebabkan memanjangnya masa inkubasi 6. Plasmodium falciparum, salahsatu
organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya
dibandingkandengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Saat ini, Plasmodium
falciparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti.
Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian
pada manusia.
Secara klinis, gejala dari penyakit
malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang
diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari
demam.Gejala klinis malaria antara lain, badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan
darah dan berkeringat, nafsu makan menurun mual-mual kadang-kadang diikuti
muntah, sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai
pembesaran limpa. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang
dan penurunan. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya
tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Malaria
menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu: Demam berulang yang terdiri dari
tiga stadium, yaitu stadium kedinginan, stadium panas, dan stadium berkeringat Splenomegali
(pembengkakan limpa). Anemi yang disertai malaise. Serangan malaria biasanya
berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
a. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil
dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup
tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat
tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan
pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan, pada
stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa
sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi
menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat
meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4
jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya
merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada Plamodium vivax dan Plasmodium
ovaleskizon-skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali
sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.Pada Plasmodium
malaria fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria Plasmodium vivax atau
Plasmodium ovale,hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti
oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan
tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c. Stadium berkeringat Pada stadium ini
penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu
badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa
lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4
jam. Gejala - gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap
penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala
klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit
(bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh
seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah
pada organ-organ tubuh tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang
sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis
malaria ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kolera atau disentri. Black water
feveryang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black
water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna
empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi
P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat. Secara klasik
demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum, P. vivax,
dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P. Malariae). CDC
(2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik parasit malaria
dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap populasi manusia. P.
falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara dengan jumlah
penderita yang lebih banyak, demikian juga yang meninggal dibandingkan dengan
daerah-daerah tempat parasit yang lain lebih menonjol. P. vivax dan P. Ovale
memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati untuk
jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan menginvasi
darah. P. Falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan ketahanannya
terhadap obat antimalaria.
Patogenesis
malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya
melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor
tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis
malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan
komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau
yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik. Tanda dan gejala klinis malaria
yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita,
cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau
campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat
anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi.
Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat
disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan
bebas malaria atau yang Annual Parasite In.
Aktivitas antimalarial dari tanaman
pepaya berhubungan dengan aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Aktivitas
antioksidan memperbaiki gejala yang timbul pada malaria. Plasmodium penyebab malaria
menyebabkan teruraikannya hemoglobin sehingga menghasilkan spesi oksigen
reaktif yang menyebabkan apoptosis dan anemia. Ekstrak etil asetat daun pepaya terbukti
memiliki aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL
sedangkan tidak ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air
daun pepaya, hal ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat
lipofilik ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak
air daun pepaya. Pada
fraksi etil asetat daun pepaya diperoleh senyawa asam linoleat dan asam linolenat yang memiliki IC50 6.88 μg/ml and 3.58 μg/ml secara berturut-turut.
fraksi etil asetat daun pepaya diperoleh senyawa asam linoleat dan asam linolenat yang memiliki IC50 6.88 μg/ml and 3.58 μg/ml secara berturut-turut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Daun pepaya ( Carica papaya l )
berkhasiat sebagai antimalaria. Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain,
pseudo karpain, glikosida, karposid, dan saponin. Aktivitas antimalarial dari
tanaman pepaya berhubungan dengan aktivitas antioksidan yang dimilikinya.
Aktivitas antioksidan memperbaiki gejala yang timbul pada malaria. Ekstrak etil
asetat daun pepaya memiliki aktivitas antiplasmodial tertinggi dengan IC50 2,6 μg/mL
sehingga tidak ada aktivitas antiplasmodial yang ditunjukan oleh ekstrak air
daun pepaya, hal ini disebabkan asam linolenat dan asam linoleat yang bersifat
lipofilik ditemukan pada ekstrak etil asetat dan tidak ditemukan pada ekstrak
air daun pepaya.
3.2
Saran
Sebaiknya, dilakukan penelitian dan pengujian
lebih mendalam mengenai kandungan yang dapat di manfaatkan sebagai tamaman obat
pada daun pepaya ( Carica papaya l ), karena daun pepaya mengandung banyak
manfaat serta dapat dibuat sediaan obat yang terjamin kualitas dan keamanannya.
Daftar Pustaka
Dharmarathana
Sinhalagoda L.C.A., Susiji Wickramasinghe, Rositha Nilmi Waduge, Rajapakse
Peramune V.J.R, Senayake Abeysinghe M.K. (2013). Does Carica papaya Leaf
Extract Increase the Platelet Count, An Experimental Study in a Murine Model.
Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine 3 (9): 720-724
Dinkes Seram
Bagian Barat. 2006. Laporan Kegiatan IRS dan MFS/MBS, Piru, Fidock DA,
Rosenthal PJ, Croft SL, Brun R, Nwaka S. 2004. Antimalarial Drug
Discovery: Rfficacy Models for Compound Screening, Review, Nature 3
Juni.
Gembong, T.
2016. Morfologi Tumbuhan.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Melariri Paula,
William Campbell, Paschal Etusim, Peter Smith. 2011. Antiplasmodial Properties and Bioassay-Guided Fractionation of Ethyl
Acetate Extracts from Carica papaya Leaves. Journal
Parasitology Research Volume 2011, Article ID 104954
Ridley RG. 2002. Medicinal
Needs, Scientific Opportinity and The Drive for Antimalria Drugs. J. Nature 417: 686-693.
Tietze, HW.
1997. Tempi Pepaya, buah Terapi Makanan yang Aman dan Murah.
Jakarta: Prestasi PustakaRaya
.